BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Sejak saat konsepsi, saat mana sel
telur dan sel sperma bersatu untuk membentuk suatu kehidupan baru, maka
terjadilah perubahan-perubahan secara terus-menerus, yang disebabkan karena adanya
saling pengaruh-mempengaruhi – antara proses biologis tertentu dengan masukan
(input) berupa pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Kapan proses tersebut
berakhir, tidak dapat ditentukan dengan jelas, namun banyak pendapat menyatakan
bahwa kematian yang merupakan titik akhir dari proses tersebut.
Perubahan-perubahan itu terjadi baik
dalam aspek fisik maupun psikis dan perubahan-perubahan ini tidak selalu dengan
mudah tampak oleh pengalamn kita. Misalnya saja, perubahan fisik dapat kita
amati dengan mudah. Contoh: Bagaimana perubahan seorang bayi yang tiak berdaya
menjadi seorang anak yang lincah, kemudian menjadi remaja yang aktif,
selanjutnya menjadi seorang yang dewasa. Sebaliknya perubahan psikis tidak
mudah diamati dan dijelaskan. Hal ini meliputi perkembangan seseorang anak
untuk dapat berbicara, berkomunikasi dengan orang lain dan
keteramplan-keterampilan intelektual lainnya. Dengan adanya perubahan-perubahan
fisik dan psikis (kematangan mental), maka secara bertahap terjadilah
perubahan-perubahan dalam tingkah laku sosial seorang anak serta pengalaman
emosionalnya.
Psikologi perkembangan yang merupakan
cabang dari ilmu psikologi, mempelajari perubahan perubahan ini, artinya
mempelajari semua perubahan-perubahan dalam aspek fisik, psikis dan sosial yang
terjadi sepanjang hidup (life span), dari sejak konsepsi hingga kematian.
Secara tradisional jalannya
perkembangan hidup manusia dianggap sebagai suatu garis kurva, dimana proses
perkembangan itu berjalan dengan cepat selama masa pranatal, masa bayi, masa
anak remaja, kemudian terjadi suatu plateau yang menggambarkan suatu stabilitas
selama masa dewasa dan akhirnya terjadi penurunan pada masa tua.
Apa gunanya mempelajari perkembangan
hidup manusia? Mempelajari perkembangan manusia, tidak saja menarik – karena
dapat memberikan pengetahuan tentang sesuatu yang belum kita ketahui, melainkan
juga dapat memberikan informasi-informasi yang berharga mengenai proses-proses
psikologis dasar dalam pengamatan, berpikir, belajar dan sosialisasi. Dengan
mengetahui proses-proses dasar ini kita harapkan dapat mempelajari bagaimana
terjadinya suatu penyimpangan dalam perkembangan dan bagaimana menyusun suatu
program treatment yang dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Selain
itu juga untuk mencegah terjadinya masalah-masalah yang serupa pada anak maupun
dewasa lainnya. Sebaliknya pengetahuan kita tentang terjadinya perkembangan
yang baik dari seorang anak menjadi seorang dewasa yang matang, sangat berguna
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam praktek pengasuhan anak
(child-rearing practices).
Sudah sejak berabad-abad lamanya
manusia ingin mengatahui kekuatan-kekuatan yang mendasari perkembangan
individu, terutama mengenai perkembagan psikologisnya sehingga banyak terdapat
spekulasi-spekulasi mengenai proses terjadinya perubahan-perubahan tersebut
selama perkembangan hidup manusia. Demikian juga mengenai asal-usul terjadinya
perbedaan-perbedaan individual dalam hal kepribadian maupun
kemampuan-kemampuannya, yang membuat setiap individu menjadi unik dan berbeda
dari individu lainnya.
B.  
RUMUSAN MASALAH
1.    
Apakah defenisi fase dewasa dan pada usia berapa
seseorang dianggap memasuki fase dewasa?
2.    
Bagaimanakah fase dewasa awal?
3.    
Bagaimanakah fase dewasa madya?
4.    
Pada fase dewasa, ada yang disebut tugas-tugas perkembangan.
Apakah tugas-tugas perkembangan itu?
C.  
TUJUAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1.    
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi saat memasuki
fase dewasa
2.    
Untuk mengetahui kerawanan yang terjadi pada fase dewasa
3.    
Untuk mengetahui karakteristik fase dewasa
D.  MANFAAT
Dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mengambil
manfaat yaitu sebagai berikut:
1.    
Dapat mengetahui perubahan  yang akan terjadi saat memasuki usia dewasa
2.    
Dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan yang
terjadi
BAB II
PEMBAHASAN
A.  DEFENISI/PENGERTIAN FASE
DEWASA DAN PERIODE PEMBAGIANNYA
Periode dewasa merupakan periode yang
terpanjang dalam keseluruhan life span sorang individu, yaitu antara
kurang lebih 18 tahun sampai individu itu meninggal.
Menurut E.Hurlock (1983 ; 265) masa dewasa
terbagi dalam beberapa periode, yaitu:
Perlu diingat bahwa pembagian ini,
dalam batasan-batasan usia tersebut, bukannya sudah pasti dan tidak dapat
ditawar-tawar lagi, melainkan hanya menunjukkan usia-usia pada saat mana
umumnya wanita dan pria dapat diharapkan memperlihatkan adanya
perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan dalam
penampilan, fungsi jasmaniah, minat, sikap dan tingkah laku yang berbarengan
dengan masalah penyesuaian diri sehubungan adanya tekanan-tekanan budaya dan
harapan-harapan masyarakat yang timbul daripadanya.
Perkataan adult berasal dari
kata kerja adultus yang berarti tumbuh dan mencapai ukuran serta
kekuatan penuh. Dengan perkataan lain, menjadi matang. Oleh karena itu orang
dewasa adalah individu-individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan
siap menerima statusnya di lingkungan sosial bersama-sama orang-orang dewasa
lainnya.
B. FASE DEWASA AWAL
Masa
dewasa awal adalah masa
pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan
masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan
masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri
pada pola hidup yang baru.
Penyesuaian
Yang Terjadi Pada Fase Dewasa Awal
a. Penyesuaian terhadap perubahan fisik
- Pada
     periode dewasa awal, penampilan dan kesehatan fisik mencapai puncaknya dan
     periode yang sama penampilan, kekuatan dan kesehatan fisik pun mulai
     menurun. Penampilan, kekuatan dan kesehatan fisik dicapai pada periode
     permulaan dewasa awal dan menurun pada akhir dewasa awal. Dan puncak
     efisiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan dua puluhan dan
     sesudah mana menjadi penurunan lambat laun hingga awal usia 40-an.
 
b. Perubahan Kognitif
- Kekhasan
     tingkah laku kognitif, orang dewasa yang matang perkembangan kognitifnya
     lebih sistematis dalam memecahkan masalah. Orang dewasa awal mulai
     berpikir yang lebih liberal dan bijaksana dalam mengambil keputusan
     tentang cara pemecahan masalah, sehingga peningkatan toleransi terhadap
     hal – hal yang tidak diinginkan. 
 
c. Penyesuaian peran seksual
- Penyesuaian
     pada peran seks pada masa dewasa dini benar – benar sulit. anak laki –
     laki dan perempuan telah menyadari pembagian peran seks yang direstui
     masyarakat, tetapi belum tentu mereka mau menerimanya sepenuhnya. banyak
     gadis remaja ingin berperan sebagai seorang ibu dan isteri yang baik kalau
     mereka dewasa nanti. tetapi setelah dewasa mereka tidak mau menjadi isteri
     ataupun ibu sesuai pengertian tradisional yaitu alasan mereka ingin
     menghindari peranan wanita tradisional yang telah dijelaskan oleh Arnott
     dan Bengslon. 
 
d. Penyesuaian perubahan minat
- Remaja
     umumnya mempertahankan minat – minat mereka sewaktu beralih kemasa dewasa
     tetapi minat pada masa dewasa kemudian akan berubah juga. ini disebabkan
     karena beberapa minat yang dipertahankan dalam kehidupan dewasa tidak
     sesuai dengan peran sebagai orang dewasa, sedangkan yang lain tidak lagi
     memberikan kepuasan seperti semula. Perubahan minat biasanya terjadi amat
     cepat pada masa remaja seperti perubahan – perubahan fisik dan psikologis.
     
 
e. Penyesuaian perubahan perkawinan
- Penyesuaian
     yang lebih cocok dan disukai menjadi sulit, begitu juga dengan banyaknya
     pertambahan model keluarga, menjadikan proses penyesuaian hidup sebagai
     suami istri sulit. Tingkat kesulitan menjadi besar dimana gaya hidupnya
     berbeda sekali dengan anggota lainnya dalam keluarga. Misalnya, seorang
     wanita dahulu kehidupan masa anak-anaknya dirumah dibesarkan dalam
     keluarga inti mungkin akan mendapat kesulitan dalam menyesuaikan diri
     dengan kondisi baru dan masalah yang timbul ketika ia menikah dengan pria
     yang berasal dari latar belakang keluarga besar.
 
f. Penyesuaian pekerjaan
- Penyesuaian
     pekerjaan, makin cocok bakat dan minatnya dengan jenis pekerjaan yang
     diemban, makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh. Pola umum
     kehidupan mereka bergantung pada seberapa banyak yang mereka peroleh dan
     bagaimana cara memperolehnya. Banyak orang dewasa muda yang tidak atau
     kurang memiliki keterampilan atau pelatihan untuk suatu bentuk pekerjaan
     tertentu dalam melamar berbagai kantor yang sifatnya berbeda dengan yang
     dilamar, tidak sesuai pula dengan keterampilan dan pengetahuan yang
     dimiliki.
 
Karakteristik
Fase Dewasa Awal
1)    Merupakan
periode pemantapan atau pengendapan.
·       
Apabila kematangan telah tercapai,
seseorang diharapkan mulai memikul tanggung jawab dan mengadakan
pemantapan-pemantapan dalam:
a)    
Bidang kerja yang dipilih
sebagai karirnya dimasa depan bagi umumnya pria dan beberapa wanita. Sedangkan
bagi beberapa wanita lainnya memilih sebagai ibu rumah tangga saja, atau
memilih berperan ganda sebagi ibu rumah tangga sekaligus sebagai
pekerja/karyawan.
b)   
Bidang kehidupan
keluarga, yaitu dalam
memilih calon teman hidupnya. Umumnya, sebelum mantap dalam memilih, terlebih
dahulu mencoba bergaul dengan bermacam-macam teman, sampai menemukan yang
cocok. Atau sampai akhirnya memutuskan untuk hidup sendiri.
2)    Merupakan usia repoduktif
·       
Pasangan-pasangan yang menikah pada
usia mudah memusatkan perhatian untuk menjadi orang tua sekitar usia 20 – 30
tahun. Sedangkan mereka yang sekolah terus meniti karir, baru menjadi orang tua
sekitar usia 30 tahun, manakala sudah merasa betul-betul siap.
3)    Merupakan
problem age
·       
Masalah yang dhadapi berbeda dengan
masalah-masalah pada periode-periode sebelumnya. Meskipun pada periode dewasa
awal mereka telah memperoleh kebebasan (secara hukum, dll), namun
kebebasan ini justru menimbulkan berbagai masalah yang tadinya tidak
terbayangkan. Masalah-masalah tersebut antara lain: penyesuaian diri dalam
perkawinan, pekerjaan, dan menjadi orang tua terutama antara usia 20 – 30
tahun. Sesudah usia 30 tahun sampai 40 tahun umumnya sudah mempunyai pekerjaan
yang tetap, juga sudah mempunyai anak, sehingga pada masa antara 30 – 40 tahun,
masalah-masalah pada umumnya bersifat hubungan antar keluarga. Masalah-masalah
yang berhubungan dengan konflik dalam kehidupan perkawinan sering timbul karena
pada masa ini ekspansivitas merupakan salah satu ciri periode dewasa,
sehingga kaum pria (terutama) bekerja keras demi karir, aktif dalam
kegiatan-kegiatan sosial/organisasi, yang menyebabkan tinggal sedikit waktu
tersisa untuk keluarga/istri. Konflik diperuncing bilamana istri kurang
mengerti hal ini dan menuntut perhatian penuh dari suami.
Masalah lain ialah yang berhubungan
dengan peran sebagai orang tua. Dengan kehadiran anak-anak akan mengurangi
kebebasan, orang tua menjadi terbatas dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.
Selain itu juga kurangnya persiapan mental pada beberapa calon ibu dalam
menghadapi kelahiran anaknya dan sikapnya terhadap kehamilan, merupakan
masalah-masalah yang sering timbul. Masalah khusus dari mereka yang single atau
memilih hidup sendiri, dalam penyesuaian dirinya terhadap perasaan sepi,
penempatan dirinya diantara orang-orang yang sudah berkeluarga, dan lain-lain.
Disamping wanita yang bekerja disamping berperan sebagai ibu rumah tangga
mempunyai masalah sendiri, terutama dalam membagi waktu dan perhatian untuk
pekerjaannya, suami dan anak-anaknya, dan kehidupan sosial lainnya.
4)    Merupakan
periode penuh “ketegangan emosional”
·       
Dengan meninggalkan masa remaja dan
memasuki masa dewasa, terjadi kenaikan/ketegangan emosi, karena dirasakannya
semua serba baru dan asing baginya. Kadang-kadang mereka ingin merubah keadaan
masyarakat (ingat, usia mahasiswa yang penuh gejolak dan ide-ide baru), namun
mendekati usia 30-an umumnya mereka telah menjadi tenang dan emosional stabil,
serta telah dapat mengatasi masalah-masalahnya.
Ketegangan tersebut antara lain
disebabkan karena mereka harus mulai mampu melepaskan ketergantungan dari orang
tua, taman-teman dan mencapai kemandirian secara emosional, walaupun ia tetap
mempertahankan hubungan emosional yang erat dengan orang lain. Mereka tidak
terlalu mudah untuk merasa kecewa atau marah bila orang lain tidak sependapat
dengannya, atau tidak senang dengannya.
5)    Merupakan
periode “isolasi sosial”
·       
Dengan berakhirnya pendidikan formal
dan mulai memasuki pola kehidupan orang dewasa, dalam pekerjaan dan perkawinan,
ikatan-ikatan dengan peer grups masa remaja semakin bekurang. Dengan
demikian, ketergantungan pada kelompok terputus dan meraka merasa kesepian,
ditambah pula dengan adanya tanggung jawab dirumah tangga maupun pekerjaan,
maka mereka merasa terisolasi secara sosial. Terutama bagi mereka semasa
sekolahnya sangat aktif dalam kegiatan kelompok dan sangat populer, penyesuaian
terhadap isolasi sosial tersebut dirasakan sangat sulit, perasaan sepi dan
terasing yang disebabkan oleh isolasi sosial ini akan menetap atau hanya
sementara/temporer saja sangat tergantung pada cepat tidaknya individu dewasa
muda itu membentuk dan mendapat kepuasan dari kontak-kontak sosial baru sebagai
ganti yang lama. Isolasi sosial ini diperkuat dengan adanya suasana bersaing
yang kuat dalam mencapai tangga karir, bila ingin sukses mereka harus bersaing
dengan orang lain, yang akan menipiskan silidaritas antara teman semasa remaja.
Disamping itu juga mereka harus
mengerahkan energinya untuk pekerjaan, sehingga hanya tersisa waktu sedikit
untuk mengadakan sosialisasi dan membentuk ikatan-ikatan yang intim/dekat
dengan orang lain.
6)    Merupakan saat
untuk memenuhi tanggung jawab (commitments)
·       
Dengan adanya peran-peran baru sebagai
orang dewasa, menimbulkan pola-pola hidup yang baru, penerimaan tangung jawab
tersebut. Meskipun hal-hal tersebut mungkin berubah kelak sejalan dengan
tahapan perkembangan, namun pada periode ini merupakan dasar bagi perkembangan
selanjutnya dalam hal pola hidup, tanggung jawab dan pemenuhannya.
7)    Sering
merupakan periode ketergantungan 
·       
Meskipun mereka secara legal/hukum
telah dianggap mandiri, namun banyak dari mereka masih tergantung kepada orang
tua maupun instansi-instansi tertentu secara finansial. Beberapa individu nasih
dibantu orang tua dalam segi keuangan, beberapa lagi masih disekolahkan oleh
instansi atau pemerintah. Sebagai reaksi terhadap hal tersebut, sebagian merasa
terpaksa namun tetap menuntut otonominya dan sebagian lainnya menjadi terbiasa
bergantung. Sebagai contoh dari kedua kelompok ini ialah reaksi yang disebut “mahasiswa
abadi”, yang mengikuti training yang satu ke training lainnya dengan
anggapan bahwa makin banyak pendidikan/training, makin besar kemungkinan
menduduki tangga karir yang tinggi.
8)    Periode “perubahan nilai”
·       
Banyak nilai-nilai yang telah
dikembangakan selama masa anak-anak dan remaja mengalami perubahan setelah
individu memasuki usia dewasa muda, karena kontak sosialnya yang makin meluas
dan bervariasi dengan orang-orang yang berbeda usianya.
Penyebab yang paling umum dari
terjadinya perubahan nilai tersebut ialah:
a)    
Keinginan untuk diterima sebagai
anggota kelompok. Bila ingin diterima di kelompok “orang dewasa” harus
menerima nilai-nilai yang berlaku pada kelompok tersebut. Contoh: dalam
penampilan dan tingkah laku harus seperti orang dewasa, tidak lagi kekanak-kanakan
seperti waktu masih usia remaja.
b)   
Kesadaran bahwa kelompok-kelompok
sosial orang dewasa umumnya memegang nilai-nilai tertentu tentang belief dan
tingkah laku. Contoh: umumnya orang dewasa menganggap perkawinan sebagai
nilai untuk penerimaan dalam kelompok sosial.
c)    
Kecenderungan untuk kembali ke
nilai-nilai konservatif dan tradisional, dari nilai yang lebih
egosentris kenilai-nilai yang bersifat sosial. Secara umum kesadaran sosial
mereka meningkat dan mengambil peran sebagai suami/istri atau orang tua.
9)    Merupakan masa
penyesuaian diri terhadap gaya hidup
baru
·       
Penyesuaian diri yang paling banyak
dilakukan adalah terhadap gaya hidup baru seperti persamaan hak antara wanita
dan pria, pola-pola kehidupan keluarga, pembatasan kelahiran/KB, pola-pola
vokasional baru, penyesuaian tersebut bagi penyandang usia dewasa awal ini
sangat sulit, karena adanya kepincangan antara persiapan-persiapan yang
diperoleh dirumah maupun sekolah dengan kehidupan riil yang dialami.
10)          
Merupakan “usia kreatif”
·       
Oleh karena pembatasan-pembatasan
terhadap tingkah laku telah berkurang, maka individu menjadi lebih bebas
berkreasi, melakukan apa saja yang ingin dilakukannya. Bentuk kreativitasnya
untuk melakukan apa yang diingini, melakukan aktivitas-aktivitas yang
memberikan kepuasan. Sebagian orang mengekspresikan kreativitasnya melalui
hobby dan sebagian orang lagi melalui pekerjaan.
Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis.
Menurut Anderson, terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai
berikut:
a)    
Berorientasi pada tugas, bukan pada
diri atau ego
Minat orang matang berorientasi pada
tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri
sendri atau untuk kepentingan pribadi.
b)   
Tujuan-tujuan yang jelas dan
kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien
Seseorang yang matang melihat
tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat
didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja
secara terbimbing menuju arahnya.
c)    
Mengendalikan perasaan pribadi
Seseorang yang
matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh
perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang
lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula
perasaan-perasaan orang lain.
d)   
Keobjektifan
Orang matang memiliki sikap objektif
yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan
kenyataan.
e)    
Menerima kritik dan saran
Orang matang memiliki kemauan yang
realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap
kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.
f)     
Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha
pribadi
Orang yang
matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk
mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya
tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia
bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap
usaha-usahanya.
g)    
Penyesuaian yang realistis terhadap
situasi-situasi baru
Orang matang memiliki ciri fleksibel
dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan
situasi-situasi baru.
Kerawanan sosial dan pribadi (personal and
social hazards)
A.  
Kerawanan pribadi (personal
hazards)
Pada masa periode dewasa awal, kerawanan sosial dan
pribadi yang paling banyak dialami berasal dari kegagalan individu dalam
menguasai beberapa atau sebagian besar tugas perkembangan — tugas perkembangan
pada masa ini. Kegagalan tersebut mengakibatkan individu tidak dapat memenuhi
harapan sosial dalam berbagai area tingkah laku, sehingga mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosialnya.
Kerawanan-kerawanan yang paling umum dan sering ialah:
a.    
Kerawanan
dibidang fisik/jasmani
Seorang dewasa muda yang menyandang
cacat jasmani atau mempunyai kesehatan yang buruk, tidak dapat mencapai hal-hal
yang diinginkannya dibidang pekerjaan maupun kehidupan sosial. Hal ini dapat
berakibat terjadinya frustrasi dan stres.
b.    
Kerawanan
dibidang agama
Kerawanan dibidang agama yang dapat
menimbulkan gangguan emosional ialah bila individu menemukan kepercayaan baru
(agama) yang dirasakannya lebih sesuai dengan minat pribadinya yang menjadi
kurang cocok dengan agama yang dianut keluarganya. Atau bilamana seseorang
berganti kepercayaan demi pasangan hidupnya atau keluarga pasangan tersebut.
Dalam hal demikian umumnya terjadi konflik-konflik.
B.  
Kerawanan sosial (social
hazards)
1.    
Kerawanan
dibidang hubungan sosial
Kaum dewasa muda ini mengalami hambatan
dalam mengadakan hubungan dengan kelompok-kelompok sosial yang cocok. Wanita
terikat dengan rumah tangga dan kewajiban-kewajibannya, sehingga kurang waktu
dan uang untuk kegiatan sosial yang dulu sangat disenangi dan mungkin sekarang
tidak menemukan penggantinya. Pria yang tertekan oleh pekerjaan dan tanggung
jawabnya sebagai kepala rumah tangga, merasa sulit menemukan kelompok sosial
yang cocok. Mereka menjadi tidak puas dengan hidupnya.
2.    
Kerawanan
dibidang peran jenis kelamin (sex role)
Karena konflik mengenai peran-peran
seks dewasa ini, misalnya konflik antara kesetiaan kepada konsep-konsep yang
tradisional dan penerimaan konsep-konsep baru tentang peran jenis kelamin. Hal
ini mempengaruhi penyesuaian pribadinya.
Contoh: wanita sebagai warga negara
kedua (dianggap dan diberlakukan lebih rendah). Pria bebas menyatakan dan
memperlihatkan kejantanannya. Beberapa wanita yang menikah merasa “terperangkap”
dalam suatu situasi yang tidak dibayangkan sebelumnya, sehingga mereka merasa
terkurung dan merasa tak ada harapan untuk melarikan diri kedunia luar.
C. FASE DEWASA MADYA
Usia dewasa madya atau yang popular
dengan istilah setengah baya, dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan
fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja.
Bila masa remaja merupakan masa peralihan,
dalam arti bukan lagi masa kanak-kanak namun belum bisa disebut dewasa, maka
pada setengah baya, tidak dapat lagi disebut muda, namun juga belum bisa
dikatakan tua.
Secara fisik, pada masa remaja terjadi
perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang
berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan individu setengah baya juga
mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi
penurunan/kemun-duran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya.
Selain itu, perilaku dan perasaan yang
menyertai terjadinya perubahan-perubahan tersebut adalah sama, yaitu salah
tingkah/ canggung, bingung, dan kadang-kadang over acting.
Penyesuaian
Pada Fase Dewasa Madya
a. Penyesuaian terhadap perubahan fisik
- Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan
     akan dan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi
     pada usia madya. dari salah satu sekian banyak penyesuaian yang sulit yang
     pria dan wanita berusia madya harus lakukan adalah dalam mengubah
     penampilan. penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit karena
     adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang menguntungkan semakin di
     intensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang menyenangkan terhadap
     perubahan normal yang muncul bersama pada tahun – tahun selanjutnya. 
 
b. Perubahan Kognitif
- Pada usia setengah baya kemampuan kognitifnya yang
     menurun adalah kemampuan mengingat, berpikir, mekanisme yang memerlukan
     kecepatan dan keakuratan input melalui panca indra agar dapat mengamati
     gerak, perbedaan, perbandingan dan pengelompokan atau pengkategorian.
     tentu saja tidak semua orang dewasa pertengahan makin meningkat kemampuan
     kognitif pemecahan masalah.
 
c. Penyesuaian peran seksual
Penyesuaian fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita pada
usia madya terdapat pada perubahan, pada kemampuan seksual mereka.
- Perubahan seksual pada wanita. Perubahan tubuh dan
     emosi secara umum terjadi pada saat menopause, tetapi tidak selalu
     disebabkan atau berhubungan dengan keadaan tersebut. berhentinya
     menstruasi hanya merupakan salah satu aspek dari menopause.
 - Perubahan seksual pada pria klimakterik pada pria
     sangat berbeda dengan menopause pada wanita. klimakterik dating kemudian,
     biasanya pada usia 60 atau 70 tahunan dan berjalan sangat lambat.
 
d. Penyesuaian perubahan minat
- Perubahan minat selama usia madya perubahan –
     perubahan tersebut jauh kurang kentara daripada perubahan – perubahan yang
     terjadi pada tahun – tahun awal kehidupan. perubahan minat yang ada
     perubahan tugas, tanggungjawab, kesehatan dari peran dalam hidup,
     konsentrasi pria pada bidang pengembangan kerja pada umumnya memainkan
     peran penting dalam menekan keinginan mereka disbanding pada masa yang
     relative masih muda.
 
e. Penyesuaian perubahan perkawinan
Pola kehidupan keluarga yang dijalani banyak mengalami perubahan selama
periode usia madya seperti diungkapkan cavan “perubahan yang paling besar
adalah penarikan diri dari anak – anak dari keluarga, meninggalkan bapak dan
ibunya. sebagai unit keluarga” penyesuaian terhadap perubahan ini biasanya
lebih sulit bagi wanita daripada pria karena kehidupan wanita berpusat pada
rumah dan anggota keluarga selama tahun – tahun usia dini.
Kondisi yang merumitkan penyesuaian diri terhadap perubahan pola keluarga
pada usia madya :
- Perubahan fisik
 - Hilangnya peran sebagai orangtua
 - Kurangnya persiapan
 - Perasaan kegagalan
 - Merasa tidak berguna lagi
 - Kekecewaan terhadap perkawinan
 - Merawat anggota keluarga berusia lanjut. 
 
f. Penyesuaian pekerjaan
- Dewasa ini
     dengan semakin bertambahnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja usia
     madya, maka masalah pengalaman menyesuaikan diri dengan pekerjaan buka
     monopoli pria saja. wanita juga mempunyai banyak masalah yang sama dengan
     pria dan bahkan banyak wanita menganggapnya sebagai masalah yang unik bagi
     mereka.
 
Karakteristik/Ciri-Ciri Dewasa Madya
- Masa yang
     ditakuti (a dreaded period).
 - Masa
     transisi (a time of transition).
 - Masa
     penyesuaian kembali (a time of adjustment).
 - Masa
     keseimbangan dan ketidakseimbang-an (a time of equilibrium and disequilibrium)
 - Usia
     berbahaya (a dangerous age).
 - Usia
     kaku/canggung (a awkward age).
 - Masa
     berprestasi (a time of achievement).
 
Masa yang ditakuti
- Selain masa tua (old age), masa dewasa madya juga
     merupakan masa yang sangat ditakuti datangnya oleh kebanyakan individu,
     sehingga seolah-olah mereka ingin mengerem laju pertambahan usia mereka.
 - Bagi perempuan masa dewasa madya tidak saja berarti
     menurunnya kemampuan reproduktif dan datangnya menopause, namun juga
     menurunnya daya tarik seksual.
 - Umumnya mereka (individu dewasa madya) merasa tidak
     lagi menarik secara seksual bagi suami mereka, sehingga muncul kekhawatiran
     seakan kehilangan suami dan kondisi ini selain dapat mengakibatkan para
     istri begitu mengharapkan suaminya bersikap seperti ketika masih pengantin
     baru, juga munculnya rasa cemburu yang kadang cenderung berlebihan, bila
     melihat suaminya berkomunikasi dengan perempuan yang lebih muda usianya.
 - Biasanya di usia-usia ini, suami mereka mulai lebih
     berkonsentrasi pada karier dan peningkatan kariernya, sehingga mereka
     semakin merasa kesepian dan diabaikan.
 - Perasaan-perasaan negatif ini bila tidak segera
     dicari pemecahannya dapat mengakibatkan para istri mengalami depresi.
 - Bagi pria, masa dewasa madya merupakan usia yang
     mengandung arti menurunnya kemampuan fisik secara menyeluruh, termasuk
     berkurangnya vitalitas seksual.
 - Sebagian kaum pria yang mengalami tanda-tanda
     terjadinya penurunan kemampuan seksual ini, akan mengalihkan perhatian
     mereka pada kesibukan bekerja demi meningkatkan prestasi dan memenuhi
     kebutuhan hidup yang semakin meningkat.
 - Selain masalah seksual, kaum pria yang telah
     memasuki usia dewasa madya, ada juga yang ingin menutupi kelemahan fisiknya
     dengan melakukan aktivitas fisik berlebihan, dan cenderung menolak bantuan
     dari mereka yang lebih muda.
 - Pada sebagian yang lain, justru bersikap kompensatif,
     dalam arti untuk menutupi kekurangannya mereka bersikap seperti anak muda
     dengan lebih memperhatikan penampilan fisik, berdandan sedemikian rupa
     untuk mencari perhatian dari lawan jenis yang berusia jauh lebih muda.
 - Mereka yang berperilaku seperti ini justru
     menunjukkan adanya ketidak percayaan yang cukup besar terhadap daya tarik
     seksual mereka.
 
Masa Transisi
- Seperti juga masa remaja, individu pada masa dewasa
     madya juga disebut sebagai masa transisi dari masa dewasa awal ke masa
     dewasa lanjut (lansia).
 - Sebagian cirri-ciri fisik dan perilakunya masih
     memperlihatkan masa dewasa awal, sementara banyak ciri fisik dan perilaku
     lainnya justru telah menunjukkan ciri-ciri orang dewasa lanjut.
 - Kondisi transisi ini menyebabkan mereka harus banyak
     melakukan penyesuaian terhadap peran-peran baru yang diberikan oleh
     masyarakat. Selain itu, masyarakat juga mengharapkan mereka untuk dapat
     berpikir dan berperilaku sesuai dengan usianya.
 
Masa Penyesuaian Kembali
- Memasuki usia dewasa madya, cepat atau lambat
     individu harus mengadakan penye-suaian kembali terhadap perubahan-perubahan
     yang dialaminya, baik fisik maupun peranan.
 - Penyesuaian terhadap perubahan peranan, biasanya
     akan terasa lebih sulit dilakukan bila dibandingkan dengan penyesuaian
     terhadap berubahnya kondisi fisik. Misalnya kaum pria yang mengalami masa
     pensiun, atau kaum perempuan yang mengalami perubahan peran sebagai ibu
     dengan anak-anak yang akan mulai memasuki kehidupan baru.
 
Masa Keseimbangan dan Ketidakseimbangan
- Pengertian keseimbangan mengacu pada kemampuan
     penyesuaian terhadap terjadinya perubahan-perubahan  fisik dan psikologis yang dilakukan orang-orang
     dewasa madya.
 - Keseimbangan ini dapat dicapai bila ada penyesuaian
     secara menyeluruh terhadap pola-pola kehidupannya. Mereka yang mampu
     mencapai keseimbangan akan merasakan kehidupan yang tenang, tenteram dan
     damai di rumah, sehingga tidak suka keluyuran atau buang-buang waktu di
     luar rumah untuk kegiatan yang tidak berguna.
 - Ketidakseimbangan artinya adalah terjadinya
     kegoncangan- kegoncangan/gangguan-gangguan  penyesuaian yang dialami individu pada
     masa ini, baik yang bersifat internal maupun eksternal, termasuk dengan
     pasangan hidupnya.
 - Mereka yang tidak mampu mencapai keseimbangan ini
     akan merasa tidak betah di rumah, dan cenderung ingin lari dari rumah
     untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis yang tidak
     diperoleh di rumahnya
 
Usia Berbahaya
- Yang dimaksud dengan usia berbahaya adalah dalam hal
     kehidupan seksual-nya, terutama dengan isterinya.
 - Juga dalam hal-hal yang berhubungan dengan segala
     aspek kehidupan lainnya, seperti kondisi fisik yang mulai rentan terhadap
     penyakit, juga kondisi psikologis yang relative menjadi lebih peka, dalam
     arti mudah tersinggung, tertekan, stress, hingga depresi.
 - Dalam hal-hal yang berhubungan dengan masalah
     seksual, tidak jarang terjadi para suami yang mulai merasa bosan dengan
     istrinya, sehingga mulai menyeleweng, atau pun menceraikan istrinya untuk
     kawin lagi dengan perempuan lain yang kadang-kadang seusia dengan anak
     gadisnya.
 - Adapun untuk hal-hal yang lain, individu usia dewasa
     madya, relative lebih sering mengalami gangguan fisik maupun mental,
     bahkan pada orang-orang tertentu dapat mengakibatkan bunuh diri.
 
Usia Kaku/Canggung
- Seperti juga masa remaja ketika individu tidak bisa
     lagi disebut anak-anak, tetapi juga belum layak disebut dewasa, begitu
     juga individu dewasa madya, sudah kurang pantas disebut dewasa dini, namun
     juga belum bisa disebut tua. Dalam situasi seperti ini, kadang muncul rasa
     canggung dan bingung pada individu.
 - Pada sebagian individu kondisi ini mengakibatkan
     mereka ingin menutupi ketuaan dengan berbagai cara dan sejauh mungkin
     berusaha untuk tidak tampak tua, misalnya dalam hal pemilihan busana,
     berdandan/ pemakaian kosmetik dsb. Kadang-kadang apabila individu agak
     berlebihan di dalam menampilkan busana dan dandanan yang bertujuan untuk
     menutupi ketuaannya, maka hal ini justru menyebabkan mereka tampak
     janggal, sehingga terlihat kaku/canggung.
 
Masa Berprestasi
- Berprestasi pada usia dewasa madya menurut Werner
     merupakan suatu gambaran yang positif dari seorang individu.
 - Pada usia 40 tahun pada orang-orang normal telah
     memiliki pengalaman yang cukup dalam pendidikan dan pergaulan, sehingga
     mereka telah memiliki sikap yang pasti serta nilai-nilai tentang hubungan
     social yang berkembang secara baik.
 - Kondisi keuangan dan kedudukan social mereka
     biasanya telah mapan, serta mereka telah memiliki pandangan yang jelas
     tentang masa depan dan tujuan yang ingin dicapai.
 - Apabila situasi ini diikuti dengan kondisi fisik
     yang prima, maka mereka dapat menyatakan bahwa hidup dimulai di usia 40
     tahun (life begin 40th).
 - Menurut Hurlock yang dapat dicapai individu di usia
     dewasa madya, tidak hanya kesuk-sesan secara financial, melainkan juga
     dalam hal kekuasaan dan prestise.
 - Biasanya usia pencapaian terjadi antara 40-50 tahun.
     Selain itu masyarakat sendiri nampaknya baru mengakui kemampuan atau
     prestasi seseorang secara mantap apabila yang bersangkutan telah memasuki
     usia dewasa madya.
 
Kerawanan Sosial dan Pribadi pada Periode
Dewasa Madya
A.   Kerawanan pribadi
(personal hazards)
Banyak kerawanan-kerawanan sosial yang ditemui individu
setengah baya sangat berpengaruh terhadap sikap orang dalam perubahan yang
timbul karena bertambahnya usia, antara lain:
a.    
Keyakinan
tradisional (taditional beliefs)
Menerima keyakinan tradisional tentang
usia setengah baya sangat berpengaruh terhadap sikap orang dalam perubahan
fisik yang timbul karena bertambahnya usia.
Contoh: Menopouse yang dianggap sebagai
periode “kritis” bagi wanita akan membuat wanita lebih takut menghadapi
menopouse. Rambut menipis/botak dianggap mengurangi daya tarik seksual pria.
b.    
Pengagungan
terhadap masa muda
Banyak pria usia setengah baya
memberontak terhadap pembatasan-pembatasan kegiatan dan makanan (diet) demi
kesehatan mereka. Pemberontakan ini berasal dari adanya nilai tinggi yang
diberikan masyarakat kepada pemuda atau masa muda. Jadi pemberontakan terhadap
pembatasan tersebut berarti memberontak terhadap kenyataan “menjadi tua”. Pada
wanita yang mementingkan penampilan dan pemujaan, pemberontakan terjadi ketika
menyadari bahwa dirinya tidak menarik lagi seperti dulu. Bagi mereka yang sulit
menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan fisik tersebut, cenderung
memusatkan perhatian kepada pakaian yang dapat menampilkan dirinya lebih muda.
c.     
Perubahan peran
Mengalami perubahan peran selalu tidak
mudah menimbulkan tantangan bagi setiap orang, terutama setelah memerankan
suatu peran untuk kurung waktu, yang cukup lama dengan cukup memuaskan.
d.    
Perubahan minat
Pada masa ini pria dan wanita harus
mampu mengembangkan minat-minat baru, sebagai pengganti minat-minat lama,
mengingat kekuatan dan daya tahan tubuh menurun serta rela melapaskan minat
lama meskipun hal ini tidak mudah. Bila tidak ada kecenderungan mereka menjadi
bosan dan tidak tahu bagaimana harus mengisi waktu luangnya.
e.     
Simbol sosial
Wanita pada masa ini menaruh minat
lebih besar terhadap simbol sosial. Hal ini dapat menimbulkan kerawanan dan
bahaya untuk terbentuknya penyesuaian sosial maupun pribadi, bilamana keluarga
tidak dapat memberikannya. Dalam hal demikian ada 3 reaksi yang timbul pada
wanita-wanita yang mendambakan simbol status tersebut, yaitu:
ó Mereka mengeluh
bahwa suaminya tidak mampu menyediakan uang untuk keperluan simbol status
tersebut.
ó Mereka
mengeluarkan uang terlalu banyak untuk simbol status (misalnya membeli
barang-barang mewah) sehingga rumah tangga terbelit utang.
ó Mereka lalu
mencari uang sendiri untuk keperluan tersebut dengan jalan bekerja; hal ini
bisa membuat keretakan hubungan dengan suami karena suami merasa dianggap tidak
mampu membiayai keluarga.
f.      
Aspirasi/cita-cita
yang tidak realistik
Mereka yang berumur setengah baya, yang
mempunyai cita-cita tidak realistik (aspirasi lebih tinggi dari kemampuan)
mengalami kesulitan dalam penyesuaian dirinya secara pribadi, bilamana
menyadari bahwa tujuan hidupnya/cita-citanya tidak tercapai sedangkan waktu
yang tersedia tinggal sedikit. Kegagalan ini dapat menimbulkan perasaan rendah
diri dan perasaan tidak mampu yang selanjutnya mengembangkan sikap-sikap
mengalah terhadap apapun dan berakibat pada makin turunnya prestasi (lebih
rendah dari aspirasinya).
B.   Kerawanan sosial (social
hazards)
·        
Penyesuaian sosial yang buruk pada masa
dewasa madya merupakan hal yang rawan oleh karena bertambahnya usia, baik
wanita maupun pria harus lebih banyak mengadakan kontak dengan orang lain
diluar rumah, terutama bila anak-anak telah keluar dari rumah, pasangan
hidupnya telah meninggal. Apabila tugas perkembangan dalam mencapai tanggung
jawab sosial sebagai orang dewasa dan sebagai warganegara tidak tercapai,
mereka cenderung merasa kesepian dan tidak bahagia dimasa tuanya serta merasa
sudah terlambat untuk mengadakan penyesuaian sosial yang baik.
·        
Kondisi-kondisi yang mempengaruhi
penyesuaian sosial pada masa ini ialah antara lain tidak adanya keterampilan,
tekanan keluarga, lebih mementingkan hubungan keluarga daripada orang lain,
masalah finansial.
D. TUGAS PERKEMBANGAN
MANUSIA PADA FASE DEWASA
Menurut Havighurst,
tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada
fase-fase atau periode kehidupan  tertentu
dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya
apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan
perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas
perkembangan tersebut menurut Havighurst
adalah kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya, dan nilai-nilai dan
aspirasi individu. 
Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk fase dewasa yang
dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
Masa Dewasa Awal
§  Mulai bekerja
§  Memilih pasangan hidup
§  Belajar hidup dengan suami/istri
§  Mulai membentuk keluarga
§  Mengasuh anak
§  Mengelola/mengemudikan rumah tangga
§  Menerima/mengambil tanggung jawab warga negara
§  Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
Masa Dewasa Madya
§  Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik
dan fisiologis
§  Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai
individu
§  Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa
yang bertanggung jawab dan berbahagia
§  Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam
karir pekerjaan
§  Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang
yang dewasa
§  Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara
penuh.
BAB III
PENUTUP
A.  
KESIMPULAN
Masa
dewasa awal adalah masa
pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan
masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan
masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri
pada pola hidup yang baru.
Masa dewasa madya adalah
berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang
menyangkut pribadi dan social antara lain masa dewasa madya merupakan masa
transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku
masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri
jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar
dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya
terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan social.
B. SARAN
Dari penjelasan tentang Masa Dewasa
di atas tadi, setidaknya kita sudah mengetahui sedikit tentang keadaan manusia
di usia itu. Kita bisa mengukur bagaimana kepribadian diri kita dan kepribadian
orang-orang yang ada di sekitar kita. Semoga dengan sedikit pengetahuan tentang
kepribadian ini kita bisa merubah kepribadian kita yang kurang baik dan bisa
mengingatkan orang yang kepribadiannya kurang baik dalam rangka fastabiqul
khoirot.
DAFTAR PUSTAKA
·       
Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007 hal. 105
·       
Sururin, M.Ag. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004 hal. 83
·       
Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007 hal. 107- 108
·       
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/masa-dewasa-madya-40-60-tahun
·       
Santrok, John W. 2002. Life Span Development:
Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
·       
Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu
pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
·       
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa.
Surabaya: Usaha Nasional
·       
Julius dkk. 1989. Melangkah Menuju Kedewasaan.
Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar